Thursday, April 27, 2017

Filled Under:

PERAHU KORA KORA, BANDA NAIRA

Share


KORA KORA  atau di Banda oleh penduduk lokal disebut dengan nama BELANG adalah perahu yang dulunya digunakan untuk berperang atau untuk membawa raja2.  Perahu berbentuk panjang dan langsing ini mungkin salah satu perahu yang paling elegan di dunia. Walaupun perahu ini tidak lagi digunakan untuk berperang selama ratusan tahun masyarakat Banda berhasil menjaga warisan budaya yang telah berusia ratusan tahun.

Kepulauan Banda dulunya menjadi rebutan antara Kerajaan Belanda dan Inggeris. Salah satu pulau di Banda yaitu pulau Run ditukar oleh pihak Inggeris dengan pulau Manhattan (dulu namanya Niew Amsterdam) yang sekarang menjadi pusat kota New York. Banda adalah penghasil pala yang dulunya merupakan komoditi yang sangat berharga. Sebagai akibatnya masyarakat mengalami penderitaan yang luar biasa akibat penjajahan kolonialis Belanda. Berhubung lokasinya yang terpencil, Banda juga digunakan oleh Belanda sebagai tempat pembuangan pemimpin pemimpin Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia seperti M. Hatta, Sutan Syahrir dan lain lain.

Ada 7 pulau yang berpenghuni di kepulauan Banda dan terdiri dari 10 kampung (negeri). Setiap kampung ini memiliki sebuah BELANG nasional sebagai lambang dan kebanggaan mereka. Di 10 kampung ini ada lagi lagi yang namanya kampung adat yang memiliki BELANG adat. Setiap BELANG ini walaupun memiliki dasar bentuk perahu yang hampir sama, masing masin g memiliki karakteristik yang berbeda beda. Ini dapat dilihat dari warna dan pola cat yang berbeda dan juga dari bentuk ornamen yang ada di setiap BELANG tersebut.

Seperti BELANG dari kampung adat dari kampung Orlima yang dicat kuning dan menggunakan ornamen berbentuk kepala kuda.





Perlombaan perahu belang biasanya diadakan hanya sekali dalam setahun. Biasanya di akhir tahun. Perlombaan dibagi dua yaitu belang adat dan belang nasional. Sesuai dengan adat yang berlaku, mereka tidak boleh bercampur. jalur perlombaan yang panjangnya sekitar 5 kilometer menyusuri selat anata Banda Besar dan biasanya berakhir setelah Istana Mini (bangunan yang dibangun Belanda ini mirip dengan Gedung Merdeka). 

Perlombaan ini sangat meriah dengan dihadiri oleh ribuan penduduk Kepulauan Banda yang berjejer sepanjang pantai dan juga dilaut. Setiap belang ada 30 orang yang mendayung. Seorang pemuka belang yang berdiri ditengah dengan memegang bendera memberikan komando sementara dua orang yang disebut natu (pelantun kabata) memukul gong dan tambur (gendang). Disamping itu ada dua orang yang tugasnya membuang air yang masuk ke dalam belang. Satu orang duduk diburitan memegang kemudi belang.

........bersambung










0 komentar:

Post a Comment